Selasa, 09 Juni 2020

BUKU USANG
Oleh : Ida Ayu Anggraeni


Sepasang mata yang menatap nanar pada tumpukan buku itu, barangkali kamu
Sesekali, kamu mengedipkan matamu sambil berpikir panjang, -entah tentang apa-
Tak ingin kamu palingkan kedua matamu dari tatapan buku usang itu,
Mungkin,
Ada kisah pilu tentang hatimu, tertuang disana
sepasang perasaan yang telah usang yang meninggalkan cerita pilu pada bagian prolog sampai epilognya,
juga cerita kamu yang menebak-nebak tentang, 'apa mungkin kisah dalam buku usang itu telah sampai pada si empunya?'
..
Buku usang itu telah berjamur,
dan tertutup rapat, sampai angin pun tak ingin mencumbunya,
kisah-kisah nestapa terangkum dengan eloknya,
tapi sayang,
tak ada yang sudi membaca buku usang itu.
 ..
Buku usang itu,
kamu berjalan kearahnya,
kau ambil ia yang telah dimakan zaman,
dengan tersenyum,
kau peluk dia,
kau tersenyum,
kau peluk ia,
dan kau tersenyum membawanya meninggalkan tempat mu berdiri..

Hai...



Selamat siang?
Aku hanya ingin menyapamu, tidak untuk meminta hatimu.
Tapi kenapa rasanya kau terlalu takut jika aku datang untuk meminta hatimu mencintaiku?
Tidak! tidak aku lakukan.
Aku hanya melakukan yang dulunya sering kamu lakukan kepadaku.
Menyapaku,
hingga membuat seseorang ini menjadi sangat nyaman dan tergantung pada setiap hal yang kamu lakukan.
Hingga kemudian, perlahan semuanya pudar, semakin pudar dan hampir tak terlihat...

Dan,
Sekarang,
aku datang,
menyapamu kembali,
biarkan kau tidak menyapa lagi,
tapi akan ku lakukan hal-hal yang sering kau lakukan dulu.
Iya,
kemudian ku biarkan kamu tahu,
bagaimana rasanya di sapa, dihibur setiap hari,
sampai tak kenal rasanya gelap ataupun suramnya dunia,
Hanya hal manis dan indah,
Dulu ku rasakan setiap kau sapa aku dengan ucapan "selamat pagi, siang, sore, malam."

Hai...
kini kau lupa cara menyapa,
untuk itu, ku ingatkan kepadamu bagaimana cara menyapa,
dan akan ku biarkan kamu tahu rasanya menjadi nyaman hanya dengan sapaan.
Ku biarkan kamu tahu rasanya menjadi yang paling  berharga,
kemudian dihancurkan dengan pelan-pelan kau lepaskan..

Hai...
 bagaimana kabarmu sekarang?
Siapa lagi yang sapa tiap pagi sekarang?
Adakah seseorang yang sangat manis disana?

hai....
kau abaikan pesanku,
seolah kau tiada,
ditelan bumi.
 sapaku tidak kau pedulikan,
kau abaikan,
kau lupakan,
dan aku memang bukan siapa-siapa..

Hai...
Baik,
sekarang,
lupakan aku,
hanya,
aku ingin
menyapamu...