Senin, 24 September 2018

Secangkir Kopi, Senja, dan Sepotong Kenangan yang Usang

Secangkir Kopi, Senja, dan Sepotong Kenangan yang Usang"
-Ida Ayu Anggraeni-
Aku menatap nanar pada warna kaki senja, yang 'katanya' melukis indah sebuah perpisahan,
Perpisahan yang seperti apa?
Perpisahan yang indah itu?
Seperti apa perpisahan yang indah itu?
Perpisahan tidak ada yang indah,
-pun tentang senja yang katanya indah.
Karena sejatinya, perpisahan selalu memberi luka..

Aku menatap warna hitam sepeninggal matahari,
Yang menyudutkan aku pada bingkisan tentang kamu yang hanya samar-samar.
Ah, ada yang tak kupahami sekarang,
Tentang sesorang yang datangnya begitu hangat seperti mentari,
Tapi hilangnya begitu cepat..

Senja kala itu,
Ku temui lagi sepotong kenangan di cangkir kopi yang ku minum,
Nyatanya, tegukannya selalu tentang kamu.
Tapi, semua tinggal sisa,
Hanya rasa yang menyesakkan,
Hanya rindu yang bergemuruh.

Cangkir kopi dan warna senja,
Yang hanya menyisihkan sepenggal kenangan,
Matahari yang meninggalkan warnanya,
Cangkir kopi yang meninggalkan ampasnya.
Pekat,
tak terasa..
Hitam,
tak berwarna..

Aku ingat sejelas ini,
Ketika kakimu berjalan meninggalkanku sendirian,
Punggungmu begitu nyata hilang dari pandangan,
Mengisahkan sebuah kekosongan yang katamu semua akan baik-baik saja.
Katamu, semua tidak perlu ku khawatirkan.
Katamu kamu akan kembali...

Tapi akhirnya...
Kopi dalam cangkir ini menjadi saksi yang paling menyesakkan,
Tentang hangat yang akhirnya dingin,
Tentang manis yang akhirnya getir,
Tentang terisi yang akhirnya kosong,
Yang tertinggal hanya kekosongan,
Sebuah kenyataan, yang nyatanya aku hanya sebagai teman minun kopi mu..

Warna senja seolah memahamkan,
Tentang akhirnya aku harus mengikhlaskan,
Segala hal tentang mimpi yang aku rajut sendirian,
Segala hal tentang harapan yang ingin aku penuhi sendirian,
Sekarang, warna senja hanya mengantar pada gelap malam,
Tak lagi menjadi penyaji latar yang membuat kita bercengkrama,
Segalanya telah usang,
Segalanya tak lagi punya tempat.
Kini,
Yang tersisa hanyalah kenangan tentang sosok mu dalam tegukan kopi yang tersaji,
Dan kenangan tentangmu yang tanpa ragu datang ketika senja mengantarkan malam,
Dan aku,
Sedang berjuang mengikhlaskan~

-Karanganyar, 25 September 2018-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar